Rabu, 09 Maret 2016

FAKTA ILMIAH BIOLOGI AKIBAT GERHANA MATAHARI TOTAL (GMT)


      Tadi pagi telah terjadi GMT di indonesia, banyak hal yang kita dapatkan dalam kejadian alam yang luar biasa. Subahanallah, lagi-lagi kebeseran-Nya di perlihatkan ke seluruh antero penjuru dunia. tak banyak hal yang tau atau bahkan mau tau jika dampat dan akibat dari GMT ini di rasakan oleh mahluk hidup lainnya misalnya pada tumbuhan dan protoza yang ada dilaut. sayangnya di kota saya (Lombok-NTB) hanya merasakan dan dapat melihat GMT tidak secara TOTAL. Kuasa Tuhan yang Maha Esa. Sedikit ilmu yang didapatkan terhadap akibat GMT terjadi yang didapatkan disebuah artikel yang sederhana mengenai Gerhana Matahari Total (GMT).

     Tanggal 9 Maret 2016 adalah peristiwa penting dalam sejarah astronomi di Indonesia yakni terjadinya gerhana matahari total.

Fenomena ini tentu sangat langkah. Jika pun ada gerhana matahari total pada suatu saat, gerhana tersebut tidak selalu berlangsung di langit Indonesia. Lantas bagaimana pengaruhnya terhadap makhluk hidup? Berikut adalah ulasan tentang pengaruh gerhana matahari total mulai dari tingkat biosfer hingga sel.

Pada level biosfer, efek gerhana matahari total terhadap ekosistem dijelaskan oleh Gerasopoulos et al. (1) melalui gambar berikut: 
Gambar 1. Review perubahan selama gerhana matahari total.

Lapisan ionosfer. Di dalam lapisan ini, efek gerhana matahari terjadi di ketinggian 140 - 220 km. Radiasi mengalami penurunan drastis dan pada saat okultasi (matahari tertutup sempurna), proses kegiatan fotokimia mengalami penurunan ke tingkat malam hari.

Lapisan stratosfer. Lapisan ini merupakan terdapatnya ozon. Ketika lapisan terjadi pendinginan akibat gerhana,terbentuklah gelombang gravitasi.

Lapisan stratosfer dan biosfer. Ketika terjadi penurunan fotokimia, maka kondisi atmosfer seperti malam hari yang mempengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Beberapa tumbuhan memberikan respon terhadap perubahan radiasi matahari seperti menutupnya stomata. Sementara di lautan kondisi yang terjadi adalah populasi zooplankton mengalami respon terhadap perubahan radiasi selama gerhana matahari yakni bergerak ke permukaan.

Adapun mengenai perilaku hewan yang terjadi gerhana matahari, beberapa hewan menunjukkan perilaku yang berbeda dengan kebiasaan sebelumnya. Sebagai contoh terjadi pada sekelompk simpanse (Pan troglodytes) yang berada di Yerkes Regional Primate Research Center. Mereka diamati perilakunya oleh Branch & Gust ketika terjadi gerhana matahari cincin pada 30 Mei 1984. Dalam penelitian tersebut, ketika langit mulai gelap dan suhu mulai menurun, simpanse betina baik yang tidak memiliki anak maupun yang memiliki anak akan naik ke tempat yang lebih tinggi. Mereka juga berkumpul dan saling mendekat sambil mengarahkan tubuhnya ke arah gerhana matahari (2).

Efek gerhana matahari terhadap mahluk hidup di level sel juga pernah diteliti oleh Sathaiah et al. yang menjelaskan bahwa gerhana matahari menyebabkan efek induksi klastogeni terhadap meristem akar yang ditandai dengan kerusakan DNA (3).

Penulis:
Mh. Badrut Tamam, M. Sc.
email: mh.badruttamam@generasibiologi.com
Sumber: www.generasibiologi.com

continue reading FAKTA ILMIAH BIOLOGI AKIBAT GERHANA MATAHARI TOTAL (GMT)

Rabu, 06 Mei 2015

HAND OUT MIKROBIOLOGI "DASAR-DASARPERTAHANAN HOST (HOST DEFENSES) & SISTEM IMMUN (BASIC OF IMMUNOLOGY)"

A.   Definisi Sistem Imunologi
Imunologi bahasa latin yaitu Immunis: bebas dari beban pajak atau bebas dari bahan kerja, dan Logos : Ilmu. Jadi imunologi : ilmu yang berkaitan dengan system pertahanan tubuh.
B.   Komponen Sistem Imun
1.    Komponen genetic
2.    Komponen molekuler misalnya antibody yg berbentuk globulin)
3.    Komponen seluler (komponennya magrofag dan limposit)
C.   Fungsi Sistem Imun
1.    Pertahanan contoh invasi mikroganisme dan parasit  ke dalam tubuh)
2.    Homeostatis contoh prpses pembersihan sel-sel darah eritrosit dan lekosit yang telah habis masa hidupnya.
3.    Perondaan (surveillance) fungsi untuk selalu waspada dan mengenal adanya perubahan-perubahan.
D.   Factor Pengubah Mekanisme Imun
1.    Factor Metabolic
2.    Factor Lingkungan
3.    Factor Gizi
4.    Factor Anatomi
5.    Factor Fisioologetik
6.    Factor Umur
7.    Factor Mikroba
E.    Jenis-jenis Sistem Imun
1.    Imun Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,
Komponen-Komponen Sistem Imun Non-Spesifik Terdiri Atas :


continue reading HAND OUT MIKROBIOLOGI "DASAR-DASARPERTAHANAN HOST (HOST DEFENSES) & SISTEM IMMUN (BASIC OF IMMUNOLOGY)"

HAND OUT MIKROBIOLOGI "DASAR-DASAR METABOLISME MIKROBA"

Metabolisme adalah keseluruhan proses reaksi enzim dan kimiawi dalam sel. Metabolisme dibagi atas dua fase yaitu anabolisme dan katabolisme.
A.   Anabolisme
Anabolisme merupakan reaksi kimia yang memerlukan energi untuk membentuk senyawa kompleks (organik) dari senyawa sederhana (anorganik). Bahan baku proses anabolisme adalah zat makanan.
1.    Enzim dan Zat Makanan
Enzim adalah katalis hayati, mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa enzim itu sendiri terkontaminasi atau berubah setelah reaksi selesai. Ada dua tipe enzim, eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim di luar sel dan endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel.
Fungsi utama dari eksoenzim adalah melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien di sekitarnya sehingga memungkinkan nutrien tersebut memasuki sel. Misalnya, enzim amylase. Endoenzim mensintesis bahan seluler dan menguraikan nutrien untuk menyediakan energy yang dibutuhkan oleh sel, misalnya heksokinase.                      
Beberapa enzim mengandung vitamin sebagai bagian pelengkap. Beberapa vitamin B merupakan komponen utama koenzim, seperti terlihat pada table berikut.
                                      Table 1.
Beberapa vitamin beserta bentuk-bentuk koenzimnya
Vitamin
Koenzim
Tiamin (vitamin) B1
Kokarboksilase
Riboflavin (vitamin) B2
Riboflavin adenine dinukleotida
Niasin
Nikotiamide adenine dinukleotide
Piridoksin (vitamin) B6
Piridoksal fosfat 
Asam folat
Asam tetrahidrofolat

2.    Sifat Enzim
Adapun sifat-sifat umum dari biokatalisator atau enzim atau fermen  atau katalis hayati sebagai berikut:

continue reading HAND OUT MIKROBIOLOGI "DASAR-DASAR METABOLISME MIKROBA"

HAND OUT MIKROBIOLOGI "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROORGANISME (MICROBIAL DEVELOPMEN AND GROWTH)"

A.    Sejarah ilmu mikrobiologi
Awal perkembangan ilmu mikrobiologi pada pertengahan abad 19 oleh beberapa ilmuwan dan telah membuktikan bahwa mikroorganisme berasal dari mikroorganisme sebelumnya bukan dari tanaman ataupun hewan yang membusuk. Selanjutnya ilmuwan membuktikan bahwa mikroorganisme bukan berasal dari proses fermentasi tetapi merupakan penyebab proses fermentasi, misalnya buah anggur menjadi minuman yang mengandung alkohol. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba tertentu menyebabkan penyakit tertentu. Pengetahuan ini merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya mikroorganisme bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Awal abad 20 ahli mikrobiologi telah meneliti bahwa mikroorganisme mampu menyebabkan berbagai macam perubahan kimia baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik yang baru. Hal inilah yang disebut dengan biohemial divesity atau keanekaragaman biokimia yang menjadi ciri khas mikroorganisme. Disamping itu, yang penting lainnya adalah mekanisme perubahan kimia oleh mikroorganisme sangat mirip dengan unity in biochemistry yang artinya bahwa proses biokimia pada mikroorganisme adalah sama dengan proses biokimia pada semua makhluk hidup termasuk manusia.
B.    Pengertian pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
Pertumbuhan secara umum dapat didefnisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Dengan demikian, pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air karena penumpukan lemak, bukan merupakan pertumbuhan. Perbanyakan sel adalah konsekuensi pertumbuhan.

Pada organisme multiseluler (banyak sel), yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel perorganisme, di mana ukuran sel juga menjadi lebih besar. Pada organisme uniseluler (bersel satu tunggal) pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang juga berarti pertambahan jumlah organisme yang membentuk populasi atau suatu biakan. Pada organisme soenositik (aseluler), selama pertumbuhan ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel.  

continue reading HAND OUT MIKROBIOLOGI "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROORGANISME (MICROBIAL DEVELOPMEN AND GROWTH)"

HAND OUT MIKROBIOLOGI “ NUTRISI MIKROORGANISME”

A.   NUTRIEN
Untuk keperluan hidupnya, jasad memerlukan bahan makanan. Juga mikroba, bahan-bahan organic maupun anorganik diambil dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut dinamakan nutrient, sedang penyerapannya disebut proses nutrisi. Nutrien berfungsi sebagai bahan baku tanpa adanya nutrien maka proses biosintesis tidak akan berjalan.
B.   PERAN NUTRIEN BAGI MIKROORGANISME
Peran utama nutrient adalah sebagai sumber energy, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energy). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energy, sumber karbon, sumber aseptor electron, sumber mineral, factor pertumbuhan dan nitrogen.
Makhluk hidup menggunakan sumber-sumber nutrient dapat dalam bentuk padat yang disebut dengan holozoik, tetapi ada juga yang hanya dapat menggunakan sumber nutrient dalam bentuk cair (larutan) yang disebut dengan holofitik, namun ada holozoik yang menggunakan sumber nutrient dalam bentuk padat, tetapi bahan tersebut dicerna dahulu diluar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
C.   POLA NUTRISI MIKROORGANISME
Persyaratan nutrisi dalam bentuk zat-zat kimia diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi normal. Berikut adalah persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme:
1.    Organism Hidup Membutuhkan Sumber Energi
Energy dibutuhkan untuk melangsungkan metabolisme, aktivitas metabolism tersebut terjadi dalam sel yang hidup jika ada pasokan energy yang berlanjut ke dalam sel. Ada dua jenis energy bioenergi mikroorganisme yang berkembang, yaitu :
a.       Fototrof    : hanya menggunakan energy matahari sebagai sumber energinya.

b.      Kemotrof : mikroorganime ini bergantung pada  oksidasi senyawa organic untuk mendapatkan energinya, seperti glukosa atau dari senyawa anorganik.


continue reading HAND OUT MIKROBIOLOGI “ NUTRISI MIKROORGANISME”

Minggu, 03 Mei 2015

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA IV MELIHAT DAERAH TUMBUHAN TANAMAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA IV
MELIHAT DAERAH TUMBUHAN TANAMAN





OLEH:

NAMA : HUSNUL BUDIATMAN DANI
NIM : 151.125.174
KELAS : D/IV



JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2014



Klik Logo di bawah untuk melihat Keseluruhannya !!!




continue reading LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA IV MELIHAT DAERAH TUMBUHAN TANAMAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA III FOTOSINTETIS

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA III
FOTOSINTETIS






OLEH:

NAMA : HUSNUL BUDIATMAN DANI

NIM : 151.125.174

KELAS : D/IV



JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2014




Klik Logo di bawah untuk melihat Keseluruhannya !!!









continue reading LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA III FOTOSINTETIS

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA I TRANSPIRASI

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA I
TRANSPIRASI





OLEH:

NAMA : HUSNUL BUDIATMAN DANI
NIM : 151.125.174
KELAS : D/IV



JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2014



HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tetap praktikum Fisiologi Tumbuhan ini disusun untuk 
melengkapi dan memenuhi syarat pada mata kuliyah 
Fisiologi Tumbuhan


Mataram, 24 Maret 2014
Disahkan Oleh:

Asisten                       Co. Asisten

Yuliatin. S.Pd              Ana Ulfia Hidayati
                                   NIM. 151.115.115

KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ

Puji syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kami telah menyelesaikan praktikum sekaligus laporan tetap tepat pada waktunya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada para Dosen, Pihak Laboran, dan para Co.Ass yang tidak bosan-bosannya memberikan bimbingan pada saat praktikum dan pembekalan kemudian rekan-rekan lainnya yang turut membantu hingga laporan ini bisa terselesaikan.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktikum dan ditambah dengan referensi dari berbagai buku yang tentunya berhubungan dengan acara-acara dalam praktikum ini. Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Dalam penyusunan laporan ini Penulis menyadari masih banyak kekeliruan dan kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. 
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca serta semua pihak yang membutuhkan.

Mataram, 24 Maret 2014

Penulis

(HUSNUL BUDIATMAN DANI)


DAFTAR ISI
COVER i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II TUJUAN PUSTAKA 2
BAB III METODELOGI 6
A. Pelaksanaan 6
B. Alat dan Bahan 6
C. Cara Kerja 7
BAB IV PEMBAHASAN 8
A. Data Hasil Pengamatan 8
B. Analisis Data 8
C. Analisis Prosedur 9
D. Pembahasan 9 
BAB V PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Kritik dan Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam mempelajari suatu kehidupan, tentunya tak lepas dari pengkajian mahluk hidup itu sendiri, baik manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri (autotrof), menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan (heterotrof), ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.
Salah satu ciri-ciri mahluk hidup adalah melakukan proses menyerap udara (O2) atau yang lebih dikenal dengan respirasi. Pada praktikum kali ini, pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan tentang Transpirasi pada tumbuhan yang dapat dilakukan dengan melakukan pembuktian teori bahwa tumbuhan itu bisa bernapas sebagaimana mahluk hidup yang lain. Untuk melakukan pembuktian tersebut digunakan Tanaman Pancar Air (Impatiens balsamina L) sebagai objek.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mengetahui transpirasi pada tumbuahn?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui transpirasi pada tumbuhan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993: 75).
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata
(Loveless, 1991: 97).
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan penanaman secara besar-besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh - tumbuhan. (Devlin, 1983: 122).
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembaban tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional. (Campbell, 2003: 202) .
Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. ( Khairunnisa, 2000: 45 ).
Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.
Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah energy menjadi panas. Dengan demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya langsung, radiasi dan konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh dan berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi, yaitu:
1. Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.
3. Transpirasi Lentisel
Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%. (Dwijoseputro, 1980:15)
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross. 1992: 132) dan faktor luar antara lain:
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.

4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan depisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan depisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless, 1991: 78).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan
  1. Hari, tanggal : Rabu, 19 Maret 2014
  2.  Waktu : 07.30- Selesai WITA.
  3.  Tempat : Laboraturium P. IPA Biologi (IAIN) Mataram .
B. Alat dan Bahan
1. Alat
  1.  2 botol bermulut besar kapasitas 150 ml.
  2. 2 lembar aluminium foil yang cukup untuk menutup mulut botol
  3. Vaselin 
  4. Penggaris
2. Bahan
  1.  Pancar air (Impatiens balsamina L.)
  2.  Air
C. Cara Kerja
  1. Mengambil 1 spesies tanaman percobaan atau 1 pucuk tanaman yang panjangnya ±40 cm.
  2. Menyediakan botol-botol tersebut di atas, mengisi dengan air sebanyak setengahnya.
  3.  Memasukkan tanaman atau potongan tanaman ke dalam botol yang telah diisi air tadi dengan melalui lubang gabus botol atau aluminium foil yang merupakan tutup botol tersebut.
  4.  Mencegah terjadinya penguapan air selain melalui tanaman percobaan.
  5.  Menimbang kembali botol-botol tersebut setiap 1 jam dan catat pengeluaran beratnya.
  6. Setelah penimbangan terakhir, mengambil tanaman dan mengukur luas total daun, dari tanaman tersebut dari tiap botol percobaan.
  7. Menghitung kadar kecepatan transpirasi yang dilakukan oleh tanaman tadi pada 2 kondisi yang sama.


BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Data Hasil Pengamatan
           1.      Tabel Hasil Pengamatan

No
Jenis perlakuan

Perubahan berat
Jumlah daun (helai)
Berat daun (gr)
Berat awal (gr)
Berat ahir (gr)
Selisih ahir
1
Tempat terbuka
235
226
9
4
2,872
2
Tempat tertutup
219
218
1
4
2,063

B.     Analisis Data

              1.      Tempat terang/terbuka
a.       Tempat terbuka : P=3                    = P×L+0,05=32,3+0,05=11,9
                                    L=2,3
b.         
c.       Luas daun = ×Luas daun
                  =
d.      Luas Transpirasi=       

              2.      Tempat gelap/tertutup
a.       Tempat tertutup: P=4                    =P×L+0,05=4×3+0,05=12,05
                              L=3
b.          
c.       Luas daun = ×Luas daun
                  =
d.      Luas Transpirasi=  

C. Analisis Prosedur
Pada saat melakukan praktikum, kami melalui beberapa prosedur pada praktikum ini antara lain, yang pertama kami lakukan adalah memasukkan pacar air ke dalam 2 botol yang sudah terisi dengan air 200 ml, kemudian menutupnya dengan kertas aluminium. Karena lubangnya besar selanjutnya kami menutupnya dengan vaselin agar tidak masuk udara. Selanjutnya kami menimbang berat awal kedua botol tersebut, setelah itu botol pertama kami menempatkan botol yang pertama di tempat terbuka atau terang dan botol kedua di tempat yang gelap dan mendiamkannya selama 30 menit. Setelah 30 menit kami menimbang kembali kedua botol tersebut dan mencatat hasilnya. Setelah itu kami mengambil 4 helaian daun pacar air yang sudah kami tempatkan di tempat terbuka dan tertutup dan menimbang berat daun tersebut, setelah kami menimbang beratnya, kemudian kami mengukur panjang dan lebarnya, kemudian kami membandingkan berat kedua botol yang di tempat gelap dan terang dan menghitung selisih beratnya.

D. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang sudah kami lakukan dengan tujuan untuk mengetahui transpirasi pada tumbuhan dengan mengamati pada tanaman pancar air (Impatien balsamina L) dapat kita ketahui bahwa transpirasi adalah penguapan air yang terjadi di seluruh permukaan tubuh tanaman yang melalui daun, karena struktur daun yang lebar di perhitungkan organ-organ tumbuhan. Dan dapat mengetahui proses transpirasi yang terjadi pada tempat terang dan gelap bahwa pada tempat terbuka kami mendapatkan berat seluruh daun yang terdiri dari 4 helaian yaitu 2,872 gr, sedangkan pada tempat tertutup kami mendapatkan berat seluruh daun yang terdiri dari 4 helaian juga beratnya 2,063 gr dan selisih berat sampel pada tempat terang di proleh 9 gr sehingga dapat di ketahui bahwa selisih berat di tempat terang lebih besar daripada di tempat gelap.
Luas daun sampel gelap di proleh 3 cm dan yang di tempat terang di proleh 2,3 cm. sehingga luas daun pada sampel gelap lebih besar dari sampel terang, sedangkan laju transpirasi gelap di proleh 0,0048 dan pada tempat terang di proleh 0,035 sehingga laju transpirasi di tempat terang lebih cepat di bandingkan pada tempat yang gelap. Karena sampel yang di tempat terang banyak yang mempengaruhinya seperti radiasi matahari, angin, tekanan udara dan lain-lain, sedangkan yang di tempat gelap hanya dapat di pengaruhi oleh kelembaban, dan angin yang tidak alami seperti kipas dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu :
1. Cahaya
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Stomata merupakan bagian dari jaringan epidermis pada daun yang berfungsi sebagai organ transpirasi dan fotosintesis
2. Kelembaban
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain ruang di dalam daun itu jauh lebih penuh akan uap air dari pada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun).

3. Suhu
Suhu sangat berpengaruh pada proses transpirasi, ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula proses transpiras. suhu terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan suhu menambah tekanan uap di dalam daun.
4. Tekanan udara
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun
Jadi kami dapat menyimpulkan bahwa berat, luas dan laju transpirasi di tempat terang rata-rata lebih besar di bandingkan di tempat gelap. Laju transpirasi dapat di pengaruhi oleh oleh radiasi matahari, kelembaban, tekanan udara, angin, dan temperature sehingga sangat mempengaruhi transpirasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasi praktikum yang telah kami lakukan kami dapat menyimpulkan bahwa :
  1. transpirasi adalah penguapan air yang terjadi di seluruh permukaan tubuh tanaman yang melalui daun, karena struktur daun yang lebar di perhitungkan organ-organ tumbuhan
  2. Laju transpirasi di pengaruhi oleh radiasi matahari, tempratur, angin, kelembaban, dan tekanan udara
  • Cahaya, tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dalam gelap.
  • Suhu, tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.
  • Kelembaban, Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara sekitar tumbuha.
  • Angin, adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.

B. Saran
Diharapkan praktikum minggu berikutnya para Co. Ass lebih cepat lagi datang, agar waktu praktikum tidak molor seperti minggu kemarin.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga
Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas Pertanian USU.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Loveless, P.R.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. Mac Millan Publishing Inc.New York
Salisbury, F.B. and C.W.Ross.1992. Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth Publishing Co., Belmount, California 
continue reading LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA I TRANSPIRASI