Tadi pagi telah terjadi GMT di indonesia, banyak hal yang kita dapatkan dalam kejadian alam yang luar biasa. Subahanallah, lagi-lagi kebeseran-Nya di perlihatkan ke seluruh antero penjuru dunia. tak banyak hal yang tau atau bahkan mau tau jika dampat dan akibat dari GMT ini di rasakan oleh mahluk hidup lainnya misalnya pada tumbuhan dan protoza yang ada dilaut. sayangnya di kota saya (Lombok-NTB) hanya merasakan dan dapat melihat GMT tidak secara TOTAL. Kuasa Tuhan yang Maha Esa. Sedikit ilmu yang didapatkan terhadap akibat GMT terjadi yang didapatkan disebuah artikel yang sederhana mengenai Gerhana Matahari Total (GMT).
Tanggal 9 Maret 2016 adalah peristiwa penting dalam sejarah astronomi di Indonesia yakni terjadinya gerhana matahari total.
Fenomena ini tentu sangat langkah. Jika pun ada gerhana matahari total pada suatu saat, gerhana tersebut tidak selalu berlangsung di langit Indonesia. Lantas bagaimana pengaruhnya terhadap makhluk hidup? Berikut adalah ulasan tentang pengaruh gerhana matahari total mulai dari tingkat biosfer hingga sel.
Pada level biosfer, efek gerhana matahari total terhadap ekosistem dijelaskan oleh Gerasopoulos et al. (1) melalui gambar berikut:
| Gambar 1. Review perubahan selama gerhana matahari total. |
Lapisan ionosfer. Di dalam lapisan ini, efek gerhana matahari terjadi di ketinggian 140 - 220 km. Radiasi mengalami penurunan drastis dan pada saat okultasi (matahari tertutup sempurna), proses kegiatan fotokimia mengalami penurunan ke tingkat malam hari.
Lapisan stratosfer. Lapisan ini merupakan terdapatnya ozon. Ketika lapisan terjadi pendinginan akibat gerhana,terbentuklah gelombang gravitasi.
Lapisan stratosfer dan biosfer. Ketika terjadi penurunan fotokimia, maka kondisi atmosfer seperti malam hari yang mempengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Beberapa tumbuhan memberikan respon terhadap perubahan radiasi matahari seperti menutupnya stomata. Sementara di lautan kondisi yang terjadi adalah populasi zooplankton mengalami respon terhadap perubahan radiasi selama gerhana matahari yakni bergerak ke permukaan.
Adapun mengenai perilaku hewan yang terjadi gerhana matahari, beberapa hewan menunjukkan perilaku yang berbeda dengan kebiasaan sebelumnya. Sebagai contoh terjadi pada sekelompk simpanse (Pan troglodytes) yang berada di Yerkes Regional Primate Research Center. Mereka diamati perilakunya oleh Branch & Gust ketika terjadi gerhana matahari cincin pada 30 Mei 1984. Dalam penelitian tersebut, ketika langit mulai gelap dan suhu mulai menurun, simpanse betina baik yang tidak memiliki anak maupun yang memiliki anak akan naik ke tempat yang lebih tinggi. Mereka juga berkumpul dan saling mendekat sambil mengarahkan tubuhnya ke arah gerhana matahari (2).
Efek gerhana matahari terhadap mahluk hidup di level sel juga pernah diteliti oleh Sathaiah et al. yang menjelaskan bahwa gerhana matahari menyebabkan efek induksi klastogeni terhadap meristem akar yang ditandai dengan kerusakan DNA (3).
Penulis:
Mh. Badrut Tamam, M. Sc.
email: mh.badruttamam@generasibiologi.com
email: mh.badruttamam@generasibiologi.com
Sumber: www.generasibiologi.com





